ANALISIS KEBUTUHAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN
LAPORAN
PENELITIAN
ANALISIS
KEBUTUHAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN
“FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN”
OLEH
:
NURSYAHBANI
TENRI WARU ( B.1654041001 )
SYAMSINAR
EKA YANTI ( B.1654040004 )
SISKA
SEFRIANTHY. B ( B.1654041011 )
RESKY
AMALIA TAHIR ( B.1554041010 )
ENNI
WINDAH SARI ( A.16540401010 )
LIFYA
WULANDARI ( A.1654040003 )
PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
Abstrak
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kompetensi dalam konteks global ditandai dengan adanya
perkembangan kewirausahaan secara internasional. Dalam hal ini setiap negara,
bahkan bangsa saling bersaing dan menonjolkan semua keunggulannya, terutama
sumber daya ekonominya dan dapat memberdayakan sumber daya manusianya secara
nyata yaitu dengan memiliki keterampilan, kreatif, inovatif dan siap menghadapi
segala resiko dengan tujuan
mencapai kesuksesan dari segi materi, non materi dan berproses ke arah lebih
luas hingga menyangkut bangsa atau negeri seluruh dunia. Nanum apabila suatu negara tidak mampu menonjolkan keunggulannya dianggap tidak dapat
bersaing dan memenangkan persaingan
dalam dunia wirausaha .
Di Indonesia sendiri, kebijakan pemerintah tentang
pemgembangan kewirausahaan sudah ada sejak tahun 1995 dan berkembang hingga
saat ini. Awalnya kebijakan ini menginstruksikan kepada seluruh masyarakat dan
bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan dalam
berbagai aspek. Melalui gerakan ini diharapkan kewirausahaan dapat menjadi
bagian etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, yang pada akhirnya
melahirkan wirausaha-wirausaha baru yang
handal, yang dapat melihat peluang dan mengeluarkan ide-ide inovatif , tangguh
dan mandiri.
Oleh karena itu, dalam perguruan tinggi dan semua
fakultas yang ada di Indonesia telah difasilitasi oleh Dikti sejak tahun 1995
dengan adanya program pengembangan kewirausahaan yang menawarkan berbagai kegiatan
yaitu kuliah Kewirausahaan. Kurikulum pendidikan kewirausahaan umumnya berisi
materi dan aktivitas yang berhubungan dengan membangun sikap mental
kewirausahaan, melatih keterampilan berkomunikasi, membangun jejaring dan
menyusun rencana bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Jadi tidaklah
mengherankan ketika suatu perguruan tinggi mewajibkan mata kuliah kewirausahaan
bagi seluruh mahasiswanya.
Untuk mendukung hal itu, Universitas Negeri Makassar
telah menjalankan berbagai program kewirausahaan, baik dalam bentuk
perkuliahan, seminar, dan pelatihan, maupun dalam bentuk pendampingan dan
inkubasi bagi alumni dan mahasiswa wirausaha. Hal ini merupakan implementasi
dari visi Universitas Negeri Makassar (UNM), yaitu “Sebagai Pusat Pendidikan,
Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan, Sains, Teknologi, dan Seni, yang
berwawasan Pendidikan dan Kewirausahaan”.
Dalam bentuk perkuliahan, UNM telah memberikan
kuliah kewirausahaan di sebagian besar program studi, hanya saja metode dan
tujuan `pembelajaran yang digunakan masih bervariasi. Seperti halnya di
Fakultas Ilmu Pendidikan, ada 7 program studi seperti Teknologi Pendidikan,
Pendidikan Luar Sekolah, Administrasi Pendidikan, Bimbingan dan Konseling,
Pendidikan Luar Biasa, PGSD dan PAUD. Namun ada satu program studi yang tidak
mendapat mata kuliah kewirausahaan, yakni program studi Bimbingan dan Konseling.
Tapi pada tahun 2018 ini, program studi ini sudah memberlakukan perkuliahan
kewirausahaan yang dimulai oleh Mahasiswa Baru angkatan 2018.
Sebagai tindak lanjut dari persoalan itu, sehingga sangat diperlukan analisis kebutuhan
(need analysis) terhadap perkuliahan kewirausahaan yang sesuai dengan kebutuhan dan bahkan minat
mahasiswa. Dengan hal ini, sangat diharapkan hasil dari perkuliahan
kewirausahaan ini dapat diterapkan dan dikembangkan melalui strategi, langkah,
prinsip pengembangan kewirausahaan dan pemasaran jasa pendidikan secara efektif
dan produktif digunakan dalam dunia
kerja yang akan mereka tekuni. Berdasarkan alasan tersebut, maka sangat penting
diadakan analisis kebutuhan (need analysis) terhadap perkuliahan kewirausahaan
pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
Penelitian ini memfokuskan pada masalah kebutuhan
para mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan terhadap perkuliahan kewirausahaan. Berdasarkan hal itu masalah yang akan dibahas
adalah;
·
Bagaimana kebutuhan terhadap perkuliahan
kewirausahaan di Fakultas Ilmu Pendidikan ?
·
Bagaimana peranan perkuliahan
kewirausahaan di Fakultas Ilmu Pendidikan pada dunia kerja ?
Sedangkan tujuan
penelitian ini adalah untuk;
·
Menemukan kebutuhan para mahasiswa
terhadap perkuliahan kewirausahaan di Fakultas Ilmu Pendidikan.
·
Mendeskripsikan pentingnya peranan perkuliahan
kewirausahaan di Fakultas Ilmu Pendidikan pada dunia kerja.
·
Hasil penelitian ini akan bermanfaat
bagi para mahasiswa, dosen mata kuliah kewirausahaan dan pelaku usaha.
·
Bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mereka untuk
berpikir kreatif, inovativ, dan mampu mengahadapi tantangan dunia kerja dimasa
yang akan datang. Dengan demikian para
mahasiswa akan menjadi lulusan dengan jiwa kewirausahaan yang handal dan siap
bekerja agar setelah berbekal ilmu pengetahuan mereka dapat mengembangkannya
dalam bentuk usaha.
·
Bagi pihak dosen atau pengajar mata
kuliah kewirausahaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
standardisasi pengembangan kurikulum kewirausahaan terapan dalam bentuk materi
atau bahan ajar kuliah kewirausahaan.
·
Bagi pihak pelaku usaha, hasil
penelitian ini dapat menciptakan usaha kecil inovatif dari pikiran kreatif para
mahasiswa yang memiliki daya saing tinggi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kewirausahaan
2.1.1 Makna dan Hakikat Kewirausahaan
Makna
dari kewirausahaan yaitu kemauan dan kemampuan dari seseorang menghadapi
berbagai resiko dalam melakukan inisiatif untuk menciptakan dan melakukan
hal-hal baru dengan memanfaatkan sumber daya dengan tujuan memberikan pelayanan
terbaik kepada seluruh konsumen dan memperoleh keuntungan sebagai timbal
baliknya. Esensi kewirausahaan menciptakan nilai tambah di pasar melalui
beberapa proses dengan berbagai macam cara agar dapat bersaing di pasaran.
2.1.2
Konsep kewirausahaan
a. Disiplin
Ilmu Kewirausahaan
Dalam
disiplin ilmu kewirausahaan, kita akan mempelajari tentang nilai, kemampuan
(ability), dan perilaku seseorang untuk memperoleh peluang dari berbagai resiko
yang dihadapinya. Kewirausahaan juga merupakan disiplin ilmu yang memiliki
kemampuan untuk memiliki sesuatu yang
b. Objek
Studi Kewirausahaan
Selain
menjadi disiplin ilmu kewirausahaan, kewirausahaan juga berperan sebagai objek
studi kewirausahaan yang dimana nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang
mewujudkan dalam suatu bentuk perilaku. Menurut Soeparman Soehamidjaja,
kemampuan seseorang menjadi objek kewirausahaan meliputi:
1. Kemampuan
merumuskan tujuan hidup atau usaha.
2. Kemampuan
memotivasi diri
3. Kemampuan
untuk berinisiatif
4. Kemampuan
berinovasi
5. Kemampuan
membentuk modal uang atau barang modal
6. Kemampuan
untuk mengatur waktu
7. Kemampuan
mental yang dilandasi dengan agama
8. Kemampuan
mengambil hikmah dari pengalaman.
c. Kewirausahaan
Eksistensial
Pada
kewirausahaan eksistensial memfokuskan pemahaman kewirauahaan yang berorientasi
pada aktualisasi jati diri sebagai pembelajar kewirausahaan. Kata
“eksistensial” memiliki arti (a) keberadaan manusia atau cara khusus manusia
dalam menjalani kehidupannya. (b) makna hidup, (c) perjuangan makna manusia
menemukan makna yang konkret dalam hidupnya. Suryana (2005) mendefinisikan
bahwa mendefinisikan kewirausahaan eksistensial sebagai alur aktualisasi
potensi-potensi diri (bakat, sikap, pengetahuan, keterampilan) untuk
menciptakan “dunia esok” lebih baik dari “dunia kini” dengan menghasilkan
produk/jasa yang berfungsi meningkatkan kualitas hidup sesama manusia dan
menyajikannya pada tingkat harga dan tempat yang terjangkau oleh pemakai
(konsumen) yang membutuhkan serta mengendalikan konsekuensi penerimaan yang
wajar bagi dirinya dan para stakeholders dan mengendalikan dampak ke arah
positif bagi komunitas lokal, komunitas bisnis, dan lingkungan global dengan
menjadikan entitas bisnisnya sebagai simpul komunitas stakeholders.
Dengan
definisi tersebut, kewirausahaan eksistensial dilandasi dengan beberapa asas
berikut:
a. Asas
fungsi kekhalifahan manusia. Tuhan telah
mendelegasikan wewenang pengelolaan bumi kepada manusia untuk menciptakan nilai
tambah bagi keseluruhan penghuninya, serta telah melengkapi setiap manusia
dengan potensi fitrahnya masingmasing.
b. Asas
nilai terpadu. Produk yang diciptakan wirausaha merupakan perwujudan dan
pembawa nilai kebajikan, yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dan
peningkatan kualitas kehidupan sesama manusia.
c. Asas
efektivitas pelayanan. Wirausaha menciptakan sistem penyampaian produk serta
jasa-jasa pendukungnya hingga pengguna dapat menjangkaunya dan memanfaatkan
secara efektif.
d. Asas
profitabilitas yang adil. Profit merupakan syarat dan indikator keberhasilan
usaha.
e. Asas
sustainabilitas. Wirausaha mengendalikan dampak lingkungan dari usahanya agar
tidak rusak (negatif), bahkan berusaha menciptakan dampak positif.
f.
Asas bisnis sebagai simpul komunitas.
Wirausaha tidak membatasi kiprahnya hanya pada transaksi-transaki bisnis tetapi
juga berlanjut dengan merajut komunitas internal ataupun komunitas eksternal.
2.2 Pentingnya Minat Berwirausaha
2.2.1 Wirausaha sebagai potensi
pembangunan
Semakin
maju suatu negara dan semakin banyak orang yang terdidik, dunia wirausaha
semakin dirasakan penting. Hal ini karena pembangunan akan lebih mantap jika
ditunjang oleh wirausahawan yang andal. Wirausaha merupakan potensi
pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha tersebut. Saat ini,
kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan
mutunya belum sepenuhnya baik, sehingga persoalan pembangunan wirausaha
Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.
Adapun
manfaat wirausaha secara lebih terperinci, antara lain: (1) menambah daya
tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran; (2) sebagai
generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan
lingkungan, kesejahteraan, dan sebagainya; (3) menjadi contoh bagi anggota
masyarakat lain, sebagai pribadi unggul yang patut dicontoh dan diteladani
karena seorang wirausaha adalah orang terpuji, jujur, berani, hidup tidak
merugikan orang lain; (4) menghormati hukum dan peraturan yang berlaku,
berusaha selalu mem-perjuangkan lingkungan; (5) memberi bantuan kepada orang
lain dan pembangunan sosial, sesuai dengan kemampuannya; (6) mendidik
karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun dalam menghadapi pekerjaan; (7) memberi contoh tentang cara
bekerja keras, tanpa melupakan perintah-perintah agama, dekat kepada Allah SWT;
(8) hidup secara efisien, tidak berfoya-foya, dan tidak boros; (9) memelihara
keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan lingkungan.
2.2.2
Kebutuhan akan kewirausahan
PBB menyatakan
bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila 2% dari jumlah penduduknya
bergerak dalam bidang wirausaha. Dengan demikian, jika negara kita berpenduduk
200 juta jiwa, wirausahawannya lebih kurang sebanyak 4 jutaKatakanlah jika kita
hitung semua wirausahawan Indonesia mulai dari pedagang kecil sampai perusahaan
besar mencapai 3 juta, tentu bagian terbesarnya adalah kelompok kecil yang
belum terjamin mutunya dan belum terjamin kelangsungan hidupnya
(kontinuitasnya).
2.3 Karakteristik dan Etika Profesional
Wirausahawan
2.3.1
Karakteristik
Wirausahan
Nilai-nilai
etika tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang, tetapi
milik setiap kelompok masyarakat, bahkan dari kelompok paling kecil, yaitu
keluarga hingga suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok
diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama. Karakteristik kewirausahaan yang berhasil
dapat dilihat dari indikator berikut:
a) Proaktif,
yaitu selalu ada inisiatif dan assertiveness.
b) Berorientasi
pada prestasi, yang tercermin dalam ees and acts terhadap peluang,
orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan dan mengutamakan
monitoring.
c) Komitmen
terhadap perusahaan lain, misalnya dalam mengadakan kontrak kerja dan mengenal
baik hubungan bisnis.
2 .3.2 Etika Wirausaha
Etika
kewirausahaan dalam konteks bisnis adalah kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam berusaha
dan memecahkan persoalan yang dihadapi dalam suatu perusahaan
Fungsi etika dalam
kewirausahaan:
Devin
(2010) menempatkan fungsi etika pada tiga kelompok, yaitu:
A. Sarana
untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang
membingungkan;
B. Etika
ingin menampilkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis;
C. Orientasi
etis diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme.
Menurut pengertiannya, etika dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Etika
sebagai praktis: nilai-nilai dan norma-norma moral (tindakan yang dilakukan
sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral);
b. Etika
sebagai refleksi: pemikiran moral. Berpikir tentang hal-hal yang dilakukan,
khususnya tentang tindakan yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan
(dalam hal ini menyoroti dan menilai baikburuknya perilaku seseorang).
Pengertian etika bisnis dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a. Secara
makro: etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara
keseluruhan
b. Secara
meso: etika etika bisnis mempelajari masalah-masalah etis dibidang organisasi.
c. Secara
mikro: etika bisnis difokuskan pada hubungan individu dengan bisnis
2.3.3
Wirausaha Profesional
Gilley
dan Eggland (1989) mendefinisikan profesi sebagai bidang usaha manusia
berdasarkan pengetahuan, yaitu keahlian dan pengalaman pelakunya diperlukan
oleh masyarakat. Proses profesional adalah proses evolusi yang menggunakan
pendekatan organisasi dan sistemastis untuk mengembangkan profesi ke arah
status professional (peningkatan status). Secara teoretis, menurut Gilley dan
Eggland (1989), pengertian profesional dapat didekati dengan empat prespektif
pendekatan, yaitu sebagai berikut:
a. Orientasi Filosofi
Ada 3 pendekatan dalam
orientasi filosofi. Pertama, lambang keprofesionalan adalah adanya sertifikat,
lisensi, dan akreditasi. Kedua, yang digunakan untuk tingkat keprofesionalan
adalah pendekatan setiap individu, yaitu pengembangan sikap
individual,kebebasan personal, pelayanan umum, dan aturan yang bersifat pribadi.
Ketiga, elektrik yaitu pendekatan yang menggunakan prosedur,teknik, metode, dan
konsep dari berbagai sumber, sistem, dan pemikiran akademis.
b. Orientasi Perkembangan
Orientasi
perkembangan menekankan enam langkah pengembangan profesionalisasi, yaitu:
·
Dimulai dari adanya asosiasi informal
individu yang memiliki minat terhadap profesi;
·
Identifikasi dan adopsi pengetahuan
tertentu;
·
Para praktisi terorganisasi secara
formal pada suatu lembaga;
·
Penyepakatan adanya persyaratan profesi
berdasarkan pengalaman atau kualifikasi tertentu;
·
Penentuan kode etik;
·
Revisi persyaratan berdasarkan
kualifikasi tertentu (termasuk syarat akademis) dan pengalaman di lapangan
c. Orientasi
Karakteristik
Profesionalisasi juga dapat ditinjau
dari karakteristik profesi/pekerjaan. Ada delapan karakteristik pengembangan
profesionalisasi, antara satu dan lainnya saling berkaitan, yaitu:
§ Kode
etik;
§ Pengetahuan
yang terorganisasi;
§ Keahlian
dan kompetensi yang bersifat khusus;
§ Tingkat
pendidikan minimal yang dipersyaratkan
§ Sertifikat
keahlian;
§ Proses
tertentu sebelum memangku profesi untuk dapat memangku tugas dan tanggung
jawab.
§ Kesempatan
untuk penyebarluasan dan pertukaran ide diantara anggota profesi
§ Adanya
tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjai malpraktik dari anggota
profesi.
d. Orientasi
Non-tradisional
Perspektif pendekatan keempat, yaitu
perspektif nontradisional menyatakan bahwa seseorang dengan bidang ilmu
tertentu diharapkan mampu melihat dan merumuskan karakteristik yang unik dan
kebutuhan dari sebuah profesi. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi
elemen-elemen penting untuk sebuah profesi, termasuk pentingnya sertifikasi profesional
dan perlunya standardisasi profesi untuk menguji kelayakan dengan kebutuhan
lapangan.
2.4
Kiat-Kiat
Keberhasilan Berwirausaha
2.4.1
Kiat-kiat
keberhasilan berwirauaha
Ada sepuluh
kunci sukses menjalani usaha, yaitu sebagai berikut:
a.
Pusatkan diri pada hasil yang diinginkan. Prinsip ini merupakan prinsip yang
paling penting. Kita tidak ingin gagal dalam berwirausaha, kekurangan
pelanggan, atau hasil kerja yang tidak memuaskan.
b.
Atasi frustrasi. Banyak wirausahawan kecil yang memulai usahanya dengan harapan
dapat mengangkat taraf hidupnya. Akan tetapi, hal itu dapat pula menyebabkan
masalah. Kuncinya adalah hadapi semua masalah dan cari solusinya daripada
menganggapnya sebagai tantangan atau ajakan untuk tumbuh.
c.
Atasi kebosanan. Hadapilah rasa bosan dengan positif. Sebagian besar
wirausahawan memiliki sifat visioner yang secara konstan muncul dengan gagasan
yang brilian dan orang yang memiliki kemampuan yang luar biasa untuk berpikir
kreatif.
d.
Setiap mengambil keputusan, ingatlah selalu, “Bagaimana keputusan itu memberi
nilai tambah bagi kehidupan atau usaha kita?” Nilai tambah merupakan bahan
dasar yang dapat memberikan kesuksesan keuangan dan memastikan bahwa usaha yang
kita jalankan menawarkan sesuatu yang setiap orang mencarinya.
e.
Buatlah setiap keputusan berwirausaha dengan didasari pertanyaan, “Bagaimana
hal ini akan memberi nilai tambah kepada pelanggan wirausaha atau pada kehidupan
kita?” Ciptakan identitas usaha berdasarkan hasil akhir yang kita tetapkan daripada berdasarkan kondisi
kita saat ini. Tidak jarang kita menetapkan tujuan yang tinggi. Akan tetapi,
tidak jarang menemui kesulitan memahami cara mencapainya
f.
Jauhkan pikiran sempit seperti takut ditolak, penghargaan diri yang rendah,dan
sebagainya.
g.
kembangkan pikiran yang memberdayakan diri kita.
2.4.2
Kiat-Kiat
Pengusaha Sukses
Sebelum belajar untuk menjadi pengusaha
sukses, perlu diketahui bahwa cara cepat menjadi pengusaha sukses belum tentu
dapat diterapkan oleh semua orang, tetapi sukses secara perlahan-lahan, dapat
ditempuh ketika wirausahawan memiliki keinginan yang kuat.
Berikut adalah berbagai inspirasi
untuk menjadi pengusaha sukses;
1.
Awali dengan impian dan imajinasi
2.
Semangat dan kegigihan
3.
Mempunyai dasar-dasar bisnis
4.
Berani megambil resiko
5.
Kerja keras
6.
Belajar dari pengalaman orang lain
7.
Bersedia menerima kritikan dan nasihat
orang lain
8.
Menjalin kerjasama dengan orang lain
9.
Berani menghadapi kegagalan
10.
Tidak suka menunda
2.4.3
Kiat-Kiat Sukses Berbisnis bagi Pemula
a.
Batasan menjadi pengusaha sukses
Kiat-kiat yang akan mengantarkan para
pebisnis muda meraih kesuksesan adaah sebagai berikut:
1.
Mantapkan dan bangunlah niat yang kukuh untuk menjadi seorang pebisnis.
2.
Sebelum memulai sesuatu, pastikan bahwa niat
Anda telah sempurna.
Niat dan kemauan yang sungguh-sungguh
bukan perkara pekerjaan yang akan dituai keberhasilannya dalam hitungan hari.
Hal yang paling penting sebagai pebisnis adalah terus mengupayakan hal-hal
terbaik bagi perusahaan serta meyakini bahwa suatu hari Anda akan menjadi
orangorang
yang sukses.
b.
Memulai usaha bisnis dengan modal kecil
Para pemula umumnya belum berpengalaman
maka mulailah dengan model bisnis dengan skala kecil, baik dari segi pengelolaan
maupun dana atau modal. Bisnis dan modal kecil lebih mudah dikelola oleh para
pemula sebagai proses pembelajaran. Banyak usaha kecil dan modal kecil yang
bisa ditekuni oleh seorang pebisnis mula, di antaranya adalah jualan pulsa,
jasa kecil-kecilan, jual makanan ringan, dan sebagainya. Usaha seperti ini
umumnya hanya membutuhkan modal kecil, sehingga Anda diharapkan mampu mencari
modal secara mandiri.
c. Memulai
bisnis dengan orang lain
Berbisnis
dengan orang lain bisa memiliki dua arti. Pertama, menjalankan usaha
patungan bersama rekan yang dapat dipercaya. Selanjutnya, pengelolaan dan modal
ditanggung oleh kedua belah pihak. Dengan bersama orang lain, semakin banyak
ide, modal, tenaga dalam mengerjakan usaha bisnis, berbeda jika Anda harus mengerjakannya
seorang diri.
d. Membangun
motivasi bisnis yang baik dan benar
Motivasi
sangat dibutuhkan saat seseorang berada pada masamasa sulit menjalankan usaha
bisnis, misalnya sedang mengalami kekurangan modal. Dengan motivasi, seseorang
dapat bangkit dan bertahan dalam menjalankan usaha.
2.5
Dinamika
Usaha dan Penanggulangannya.
2.5.1
Hakikat
usaha
Usaha adalah kegiatan yang dilakukan
manusia untuk mendapatkan penghasilan, baik berupa uang maupun barang yang
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dan mencapai kemakmuran yang diinginkan.
Oleh karena itu, tujuan usaha adalah hasil atau keuntungan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.5.2
Dinamika
dalam usaha
a. Kepailitan
Kata pailit berasal dari bahasa
Prancis, yaitu “failite” yang berarti kemacetan pembayaran. Dalam bahasa
Belanda digunakan istilah ”failliet” (Hartini, 2007: 5). Pengertian lain
tentang pailit diungkapkan oleh Poerwadarminta (Joni, 2007: 1)Menurutnya,
pailit artinya bangkrut, dan bangkrut artinya menderita kerugian besar hingga
jatuh (perusahaan, toko, dan sebagainya).
Pailit merupakan suatu keadaan yang
debiturnya tidak mampu membayar utang-utang para krediturnya. Adapun kepailitan
merupakan putusan pengadilan yang mengakibatkan sita umum atas seluruh kekayaan
debitur pailit, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari
(Mhadi Shubhan, 2009: 1).
b. Likuidasi
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan
dengan cara melakukan penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, dan
pelunasan utang, serta penjelasan sisa harta atau utang antara para pemilik
(Perbankan Indonesia, 1977: 77). Menurut Zainal Asikin dalam bukunya Pokok-pokok
Hukum Perbankan di Indonesia, likuidasi adalah tindakan untuk
membubarkan suatu perusahaan atau badan hukum. Menurut Sutan Remy Sjahdeini
(Zainal Asikin, 1985: 79), likuidasi adalah tindakan pemberesan terhadap harta
kekayaan atau aset (aktiva) dan kewajiban (pasiva) suatu perusahaan sebagai
tindak lanjut dari bubarnya perusahaan.
c. Tanda-tanda
kepalitan
Wiratmo Masyur (2001: 88) menjelaskan
beberapa peringatan dini yang merupakan tanda-tanda kepailitan adalah sebagai
berikut:
·
Kelalaian dalam manajemen keuangan,
sehingga tidak seorang pun yang dapat menjelaskan pengeluaran uang.
·
Direktur tidak dapat mendokumentasikan
dan menjelaskan transaksi-transaksi besar.
·
Pelanggan diberikan potongan harga
tinggi untuk mempercepat pembayaran karena arus kas yang buruk.
·
Kontrak yang diterima di bawah jumlah
standar untuk menghasilkan kas.
·
Bank meminta pelunasan hutang-hutangnya.
d. Reorganisasi
Pengertian reorganisasi perusahaan dalam
arti luas adalah perubahan mengenai imbangan atau susunan tertentu, baik yang
menyangkut struktur organisasi perusahaan maupun struktur modal dari suatu
perusahaan. Pengertian reorganisasi perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu: (1) reorganisasi yuridis, yaitu perubahan mengenai bentuk hukum dari
suatu perusahaan atau badan usaha; (2) reorganisasi intern, yaitu perubahan
mengenai bentuk atau struktur organisasi (organisasi intern) dari perusahaan
atau badan usaha; (3) reorganisasi finansial, yaitu perubahan menyeluruh dari
keseluruhan struktur modal dalam perusahaan (Bambang Riyanto, 1989: 240).
2.5.3 Mempertahankan dan membuka
usaha baru
1. Mempertahankan
Operasi Usaha
Ada beberapa persyaratan tertentu yang
dapat membantu mempertahankan operasi usaha baru dan mengurangi risiko
kegagalan. Kita tidak pernah dapat menjamin keberhasilan, tetapi kita dapat
belajar cara menghindari kegagalan.
Faktor
yang mengurangi risiko kegagalan bisnis yaitu sebagai berikut:
a. Menghindari
optimisme yang berlebihan ketika bisnis menunjukkan keberhasilannya.
b. Senantiasa
membuat rencana-rencana pemasaran yang baik dengan tujuan yang jelas. Pembuatan
rencana pemasaran selama periode waktu 12 bulan merupakan hal penting bagi
wirausahawan
c. Membuat
proyeksi arus kas yang baik dan menghindari kapitalisasi. Proyeksi arus kas
juga merupakan pertimbangan penting bagi wirausahawan. Arus kas adalah masalah
serius dalam setiap kasus kepailitan. Dalam membuat proyeksi arus kas,
wirausahawan dapat
d. meminta
bantuan dari akuntan, pengacara, atau badan pemerintah
e. Selalu
berada di depan dalam pasar. Banyak wirausahawan menghidari pengumpulan
informasi yang memadai mengenai pasarInformasi adalah aset penting bagi
wirausahawan, khususnya mengenai potensi pasar masa depan dan peramalan pasar
yang dapat langsung dicapai. Wirausahawan akan sering mencoba menduga yang
terjadi di pasar dan mengabaikan perubahan pasar. Hal ini dapat menimbulkan
masalah, terutama jika pesaing bereaksi positif pada perubahan pasar
Mengidentifikasi hal-hal yang perlu ditekankan
yang dapat menyebabkan perusahaan berada dalam bahaya (Wiratmo, Masyur, 2001:
86).
2. Memulai
usaha dari awal
Wirausahawan
dapat memulai lagi usahanya dengan belajar dari kesalahan-kesalahan yang
dilakukannya. Investor melihat hal yang menguntungkan pada orang-orang yang sebelumnya
telah gagal dan menganggap bahwa perusahaan tersebut tidak akan melakukan
kesalahan yang sama. Wirausahawan yang belajar dari kesalahan cenderung
mempunyai pemahaman dan penilaian yang baik tentang kebutuhan bagi penelitian
pasar; kapitalisasi awal yang lebih besar; keterampilan usaha yang lebih besar
(Wiratmo, Masyur, 2001: 89). Akan tetapi, kegagalan bisnis tidak selalu
merupakan cacat ketika tiba waktunya mencari modal ventura. Pengalaman masa
lalu akan mengungkapkan selama melakukan usaha pemula berikutnya, tetapi dengan
penjelasan hati-hati tentang penyebab terjadinya kegagalan dan upaya
pencegahannya pada masa depan, memulihkan kepercayaan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, penelitian yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Penelitian ini tidak
mengutamakan banyaknya populasi, jika data yang terkumpul sudah mendalam dan
bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari informan
lainnya.
Penelaah berbagai sumber data ini
membutuhkan berbagai macam instrumen pengumpulan data. Karena itu, peneliti
dapat menggunakan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi-dokumentasi,
kuesioner (hasil survei), rekaman, bukti-bukti fisik, dan sebagainya
(Krisyantono, 2009:65). Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam
sebagai instrumen pengumpulan data.
Menurut Bogdan dan Biklen (2008: 4-5) terdapat lima ciri
utama penelitian kualitatif, yaitu:
1. Naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki latar
aktual sebagai sumber langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci.
Kata naturalistic berasal dari pendekatan ekologis dalam biologi.
2. Data Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif.
Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada
angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk
mengilustrasikan dan menyediakan bukti persentasi.
3. Berurusan dengan Proses. Peneliti kualitatif lebih
berkonsentrasi pada proses daripada dengan hasil atau produk.
4. Induktif. Peneliti kualitatif cenderung
menganalisis data mereka secara induktif. Mereka tidak melakukan pencarian di
luar data atau bukti untuk menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan sebelum
pelaksanaan penelitian.
5. Makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada
pendekatan kualitatif peneliti yang menggunakan pendekatan ini tertarik
bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka. Dengan kata lain
peneliti kualitatif peduli dengan apa yang disebut dengan perspektif
partisipan.
Berangkat dari karakteristik
sebuah penelitian kualitatif yang telah dibentangkan diatas, maka dapat
dikemukakan bahwa dalam penelitian ini, peneliti langsung berlaku sebagai alat
peneliti utama (key instrument) yang mana melakukan proses penelitian
secara langsung dan aktif mewawancarai, mengumpulkan berbagai materi atau bahan
yang berkaitan. Sedangkan data yang dipergunakan adalah;
·
Data primer yaitu data yang diambil dari hasil
kuesioner berupa angket maupun wawancara. Data-data tersebut nantinya akan
dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan kebutuhan akan pembelajaran
kewirausahaan pada fakultas ilmu pendidikan di setiap program studi.
·
Data sekunder adalah teori yang ada, dokumen
berupa jurnal, buku referensi, serta sumber – sumber informasi lainnya yang
berkaitan atau berhubungan dengan penelitian ini.
3.2 Objek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah mahasiswa yang mempelajari atau
yang telah mempelajari mata kuliah kewirausahaan Teknologi Pendidikan,
pendidikan luar sekolah, administrasi pendidikan, bimbingan dan konseling,
pendidikan luar biasa, PGSD dan PAUD. Sedangkan instrumen penelitian dalam
pengumpulan data adalah kuesioner atau angket. Dalam pelaksanaan pengumpulan
data, peneliti akan menyebarkan kuesioner tentang mata kuliah kewirausahaan
pada semua program studi yang ada di Fakultas Ilmu Pendidikan. Kemudian
wawancara (interview), wawancara dilaksanakan dengan pihak yang bersangkutan
sebagai bahan analisis kebutuhan (need analysis).
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah informan yang memahami informasi
objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek
penelitian (Burhan, 2007: 76). Adapun subjek dalam penelitian ini adalah ada
sebanyak 21 orang mahasiswa.
1.
Subjek harus dalam kategori atau telah mempelajari mata kuliah kewirausahaan.
2.
Subjek merupakan salah satu mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Pendidikan.
3.
Subjek memiliki pengetahuan tentang wirausaha mandiri berupa barang/jasa.
3.4
Unit Analisis
Unit analisis umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran
yang umum mengenai situasi sosial yang sedang di teliti sebagai objek
penelitian . Unit analisis dalam penelitian ini meliputi dua komponen menurut
Spreadly ( Sugiono, 2007: 68) yaitu :
1.
Place , tempat dimana interaksi berlangsung. Tempat penelitian akan
dilakukan di Fakultas Ilmu Pendidikan .
2.
Actor , pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian. Pelaku
atau objek penelitian ini adalah mahasiswa yang telah mempelajari mata kuliah
kewirausahaan.
3.5. Metode
Pengumpulan Data
a.
Kuesioner
Survey dilakukan dengan meminta peserta didik mengisi angket yang berhubungan dengan materi
ajar kewirausahaan. Angket disusun dengan menggunakan pertanyaan berbentuk closed-question.
Peserta didik diberikan pernyataan dan diminta untuk memberikan pendapat
berdasarkan tingkatan-tingkatan yang sudah disiapkan.
c. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara
yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide) wawancara.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal.
ADA HASIL PENELITIAN YANG LENGKAPAN TIDAK KAK
BalasHapus