Perencanaan Tugas Tujuan Intruksional
MAKALAH
RANCANGAN
PEMBELAJARAN
(PERENCANAAN
TUJUAN-TUJUAN INSTRUKSIONAL)
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK
III
NURSYAHBANI
TENRI WARU
DHESY
BONITA SAVITRI MURRAD
KAMELIA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHSA ASING
FAKULTAS
BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2018
A. Tujuan Instruksional
Ada beberapa
definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert F. Magner (1962)
yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada
Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan
instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk
perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar
yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang
mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas
menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses
belajar. Setelah kita mengetahui beberapa definisi tujuan instruksional yang
dikemukakan dari beberapa tokoh kita dapat mengambil beberapa manfaat yaitu
1. Kita
dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar
2. Menentukan
persyaratan awal instruksional
3. Merancang
strategi instruksional
4. Memilih
media pembelajaran
5. Menyusun
instrumen tes sebagai evaluasi belajar
6. Melakukan
tindakan perbaikan pembelajaran.
Ada dua
macam tujuan instruksional yaitu:
1. Tujuan
instruksional umum (TIU)
2. Tujuan
instrusional khusus (TIK)
Dalam pembaruan sistem pendidikan
yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut untuk menyadari
tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh
karena itu, dalam merancang sistem belajar yang akan dilakukannya, langkah-
pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Dengan tujuan
instruksional:
1) Guru
mempunyai arah untuk:
- Memilih
bahan pelajaran,
- Memilih
prosedur (metode) mengajar.
2) Siswa mengetahui arah belajanya.
3) Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya
mengajarkan suatu bahan sehingga
diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling
menutup (overlap) antara guru.
4) Guru mempunyai patokan dalam
mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
5) Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang
keijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi
kualitas maupun efisiensi pengajaran.
Tujuan
pengajaran dapat dirumuskan dengan rumus ABCD.
A (audience) adalah siswa yang belajar, B (behavior) adalah
perubahan prilaku yang di inginkan terjadi, C (condition) adalah
kondisi yang menimbulkan perubahan prilaku yang di inginkan, dan D
(degree) adalah derajad ketercapaian perubahan yang diinginkan.
Misalkan: setelah membaca diperpustakaan (C) siswa (A) diharapkan dapat
menyebutkan macam-macam sholat sunah (B) paling tidak enam jenis (D).
B.
Pengertian
Tujuan instruksional Umum dan Khusus
Tujuan
instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan prilaku siswa
yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan
diukur. Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih mencerminan perubahan
prilaku yang umumnya terjadi pada manusia, sehingga masih menimbulkan beberapa
penafsiran yang berbeda-beda. Contoh TIU: “setelah melakukan pelajaran siswa
diharapan dapat memahami penjumlahan dengan benar”. Kata kerja “memahami
penjumlahan” merupakan kata kerja- yang bersifat umum karena pemahaman
penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda.
Tujuan
instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan prilaku
telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perubahan prilaku
telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa menimbulkan
lagi berbagai perberdaan penafsiran. Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan
menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih
dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa
seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”.
C.
Klasifikasi
Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)
Ilmu
psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu aspek
kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang mencakup
pengetahuan serta pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat,
motivasi, sikap kehendak serta nilai dan aspek psikomotorik yang mencakup
pengamatan dan segala gerak motorik. Dalam kenyataannya dasar pembagian yang
demikian kerap menjadi pedoman dalam menggolongkan segala jenis perilaku.
Kegunaan dari suatu sistem klasifikasi mengenai tujuan instruksional termasuk
tujuan intruksional khusus adalah kita dapat memperoleh gambaran tujuan tujuan
instruksional ditinjau dari segi jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh
siswa. Menurut Bloom dan kawan kawan pengklasifikasian jenis perilaku disusun
secara hierarkis sehingga menjadi taraf taraf yang menjadi semakin kompleks.
a. Kognitif :
1. Mencakup
pengetahuan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan
2. Mencakup
pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
3. Mencakup
kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru
4. Mencakup
kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
5. Mencakup
kemampuan membentuk suatu kesatuan
6. Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
b. Afektif :
1. Mencakup
kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
2. Mencakup
kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
3. Mencakup
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
4. Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
5. Mencakup
kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan
c. Psikomotorik :
1. Mencakup
kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik
2. Mencakup
kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai gerakan
3. Mencakup
kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
4. Mencakup
kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar
5. Mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilandengan lancar, efisien dan tepat
6. Mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang
mahir
7. Mencakup
kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru.
D.
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam merumuskan tujuan instruksional khusus
·
Membuat sejumlah TIU (tujuan
instruksional umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi yang akan
diajarkan. Di dalam kurikulum tahun 1975 maupun 1984, TIU ini sudah tercantum dalam
uku Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata
kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat diukur karena perubahan tingkah
laku masih terjadi di dalam diri manusia (intern).
·
.Dari masing-masing TIU dijabarkan
menjadi TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukur dan
menunjukan perubahan tingkah laku.
Contoh-contoh
rumusan untuk TIU:
- Memahami teori
evolusi
- Mengetahui peredaan
antara skor dan nilai.
- Mengerti cara
mencari validita.
- Menghayati perlunya
penilaian yang tepat.
- Menyadari pentingnya
mengikuti kuliah dengan teratur.
- Menghargai kejujuran
mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Dalam
contoh ini digunakan kata-kata kerja: memahami, mengetahui, mengerti,
menghayati, menyadari, menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang
sifatnya masih terlalu umum sehingga penafsirannya dapat berbeda antara orang
yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Mahasiswa
mengerti cara mencari validitas suatu soal. Bagaimanakah kita tahu ia mengerti?
Apakah karena pada waktu diterangkan dia tampak mengangguk-anggukkan kepala?
Boleh jadi dia mengangguk-anggukkan kepalanya hanya merupakan suatu usaha agar
tidak dikatakan mengantuk atau sedang melamunkan sesuatu. Tampaknya mengangguk
mereaksi kuliah, tetapi angannya melayang.
Atas dasar semua keterangan ini maka agar dalam
mengadakan evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagi sehingga
menjadi jelas dan tidak disalahtafsirkan oleh beberapa orang.
Rumusan TIK yang lengkap memuat tiga komponen, yaitu:
a) Tingkah
laku akhir (terminal behavior)
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang
diharapkan setelah seseorang seseorang mengalami proses belajar mengajar.
Disini tingkah laku ini harus menampakan diri dalam suatu perbuatan yang dapat
diamati dan diukur (observable and measuarable).
Contoh:,
- Menyebutkan batas-batas Daerah Istimewa
Yogyakarta,
- Menerjemahkan bacaan bahasa inggris
kedalam bahasa Indonesia.
- Menceritakan kembali uraian guru,
- Mendemonstrasikan cara mengukur suhu,
- Mengutarakan pendapatnya mengenai
sesuatu yang dikemukakan guru.
- Menjelaskan hasil bacaan dengan kalimat
sendiri.
Dan lain-lain lagi yang berujud kata kerja
perbuatan/operasional (action verb) yang diamati dan diukur.
Kata-kata Operasional
a. Cognitive
domain; levels and corresponding action verbs
1) Pengetahuan (knowledge)
- Mendefinisikan, mendeskrifsikan,
mengidentifikasi, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan,
menyatakan (states), mereproduksi.
2) Pemahaman (comprehension)
- Mempertahanan, membedakan,
menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali,memperkirakan.
3) Aplikasi
- Mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,
menemuan, memanipulasikan, memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan,
menyiapkan, menghasilkan menghubungkan, menunjukan, memecahkan, menggunakan.
4) Analisis
- Memerinci, menyusun diagaram, membedakan,
mengidentifikasikan, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukan, menghubungkan,
memilih, memisahkan, membagi (subdivides).
5) Sintesis
- Mengategorikan, mengkombinasikan, mengarang,
menciptakan, memubat desain, menjelaskan, memodifikasi, mengorganisasikan,
menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, mengrekonstruksikan,
menghubungkan, mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan,
memceritakan.
6) Evaluasi
- Menilai, membandingkan, menyimpulkan,
mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan,
memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu (supports).
b. Affective
domain; learning levels and corresponding action verbs
1) Reesiving
- Menanyakan, memilih, mendeskrifsikan,
mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukan, memilih,
menjawab.
2) Responding
- Menjawab, membantu, mendiskusikan,
menghormat, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan,
memilih, menceritakan, menulis.
3) Valuing
- Melengkapi, menggambarkan, membedakan,
menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan,
membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian (share), mempelajari.
4) Organization
- Mengubah, mengatur, menggabungkan,
membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan,
mengidentifikasikan, mengintegrasikan, memodifikasi, mengorganisir, menyiapkan,
menghubungkan, mengsintesiskan.
5) Characterization by value or value complex
- Membedakan, menerapkan, mengusulkan,
memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukan,
menanyakan, merevasi, melayani, memecahkan, menggunakan.
c. Psychomotor
domain
Kata-kata operasional untuk aspek psikomotor harus
menunjukan pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati meliputi:
1. Muscular
or motor sills
- Mempertotonkan
gerak, menunjukan hasil (pekerjaan tangan), melompat, menggerakan, menampilkan.
2. Manipulation
of materials or objects
- Mereparasi,
menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
3. Neuromuscular
coordination
- Mengamati,
menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik,
menggunakan.
Kata-kata yang telah
disajikan di atas merupakan kata-kata kerja yang dipakai dalam merumuskan
tujuan instruksional khusus bagi siswa-siswa yang belajar, sehingga rumusan
seutuhnya menjadi pernyataan-pernyataan antara lain, sebagai berikut.
- Siswa dapat
menjumlahkan bilangan-bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan.
- Siswa dapat
menunjukan letak gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah.
- Siswa dapat
menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga.
b) Kondisi
demonstrasi (condition of demonstration or tes)
Kondisi demonstrasi
adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan
kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:
- Dengan penulisan
yang betul
- Urut dari yang
paling tinggi
- Dengan bahasanya
sendiri
Dengan demikian
rangkaian kata-kata dalam rumusan TIK menjadi:
- Siswa dapat
menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan dengan
penulisan yang betul.
- Siswa dapat
menunjukan letak gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, urut dari yang
paling tinggi.
- Siswa dapat menceritakan
kembali isi bacaan tentang kisah keluarga dengan bahasanya sendiri.
Kata-kata bercetak
miring itulah yang menunjukan standar keberhasilan.
c) Standar
keberhasilan (standard of performance)
Standar keberhasilan
adalah komponen TIK yang menunjukan seerapa jauh tingkat keberhasilan yang
dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir.
Tingkatan keberhasilan
dapat dinyatakan dalam jumlah maupun presentase, misalnya:
- Dengan
75% betul,
- Seurang-kurangnya
5 dari 10,
- Tanpa kesalahan
Dengan tambahan
tingkatan keerhasilan ini maka bunyi rumusan TIK menjadi:
- Siswa
dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan tanpa
kesalahan.
- Siswa
dapat menunjukan kembali kota-kota yang ada di Jawa Barat urut dari yang paling
barat, dengan hanya 25% kesalahan.
Yang umum
dikerjakan sampai saat ini hanya sampai tingkah laku akhir saja.
Pada pedoman
pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa, dalam kegiatan belajar mengajarguru
diharuskan memperhatikan pula- keterampilan siswa dalam hal memperoleh hasil,
yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut dengan
istilah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Keterampilan-keterampilan
yang dimaksud meliputi keterampilan dalam hal:
1. Mengamati,
2. Menginterprestasikan
(menafsirkan) hasil pengamatan,
3. Meramalkan,
4. Menerapkan
konsep,
5. Merencanakan
penelitian,
6. Melaksanakan
penelitian,
7. Mengkomunikasikan
hasil penemuan
Sesuai dengan
tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan Tujuan Instruksional Khusus harus
mengundang apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
(keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan kemampuan atau hasilnya (tingkah
laku) dan perolehannya. Untuk mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum
1984. Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu
rumusan yang menjelaskan:
1. Materi
yang dipelajari,
2. Perilaku
mengutarakan hasil,
3. Proses
mencapaiannya
KESIMPULAN
Ada beberapa
definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert F. Magner (1962)
yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada
Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan
instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk
perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar
yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang
mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas
menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses
belajar. Dalam pengembangan kurikulum dan perencanaan pengajaran, yang
dibedakan antara tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional
khusus (TIK).
DAFTAR PUSTAKA
Fachruddin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran, Yogyakarta; Global
Pustaka Utama, 2006
Nasution, Kurikulum
Dan Pengajaran, Bandung; Bumi Aksara
Sudjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Jakarta; Sinar Baru Algesindo,
1989
Rustiah, Masalah
Pengajaran Sebagai Satu Sistem, Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1994
Komentar
Posting Komentar