Deutsche Wiedervereinigung
Deutsche
Wiedervereinigung
Setelah
berakhirnya Perang Dunia II di Eropa, Negara Jerman
dibagi-bagi menjadi empat zona pendudukan. Ibu kota lama Berlin,
sebagai pusat Dewan Kontrol Tentara Sekutu sendiri dibagi menjadi empat zona.
Meskipun niat awal pendudukan adalah untuk mengawal Jerman bersama-sama dari
tahun 1947, kedatangan Perang Dinginmenyebabkan
Perancis, Britania Raya dan Amerika Serikat menggabungkan zona-zona mereka ke
dalam Republik Federal Jerman (dan Berlin Barat)
pada 1949, tidak termasuk zona Uni Soviet yang
kemudian menjadi Republik Demokratik Jerman (termasuk Berlin Timur)
pada tahun yang sama. Selain itu, sejajar dengan syarat-syarat Konferensi Yalta
pada Februari 1945, wilayah-wilayah timur Pomerania dan Silesia, serta separuh
daripada selatan Prusia Timur, diberikan kepada Polandia dan separuh daripada
utara Prusia Timur (kini dikenal sebagai Kaliningrad Oblast) diberikan kepada Uni
Soviet.
Jerman
Barat dan Jerman Timur mengklaim sebagai pengganti sah Kerajaan Jerman yang
Lama (Deutsches Reich). Tetapi, Jerman Timur mengubah pendapatnya
selepas itu, dan menyatakan bahwa Negara Jerman telah berhenti ada pada tahun
1945 dan menyatakan bahwa Jerman Barat dan Jerman Timur adalah negara baru.
Rencana
pertama untuk menyatukan bagian-bagian wilayah Jerman diajukan oleh Josef Stalin pada
1952 di bawah syarat-syarat sebagaimana yang kemudian diambil untuk Austria (lihat Perjanjian
Negeri Austria). Ia memerlukan penciptaan satu Negara Jerman yang
netral dengan sebuah perbatasan timur yang disebut sebagai Perbatasan Oder-Neisse dan semua
pasukan bersekutu dipindahkan pada tahun yang sama. Pemerintahan Jerman Barat
di bawah Kanselir Konrad Adenauer lebih menyukai integrasi lebih dekat dengan
Eropa Barat dan meminta Penyatuan kembali dirundingkan dengan syarat pemilihan
umum seluruh Jerman dan dipantau Dunia Internasional. Syarat ini ditolak oleh
Uni Soviet. Satu lagi rencana Stalin ialah melibatkan Penyatuan kembali Negara
Jerman dengan mengikuti perbatasan sesuai tanggal 31 Desember 1937 di bawah
syarat bahwa Negara Jerman bergabung dengan Pakta Warsawa (Blok Timur).
. Pada pertengahan tahun 1980-an Penyatuan kembali Jerman oleh rakyat Jerman Barat dan
Timur secara luas dianggap sebagai suatu cita-cita atau harapan tinggi tak
terhingga yang sulit dicapai. Namun harapan untuk Penyatuan kembali Jerman
tiba-tiba muncul kembali dengan reformasi politik yang digelindingkan oleh
pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev pada tahun 1985. Setelah ini angin perubahan
mulai berhembus di Blok Timur, dan memunculkan harapan baru di dalam Jerman
Timur.
Pada bulan Agustus 1989, pemerintahan reformis Hongaria
menghilangkan peraturan ketat di perbatasannya dengan Austria dan pada
September lebih dari 13.000 warga Jerman Timur bisa melarikan diri ke Barat
melalui Hongaria. Ribuan warga Jerman Timur berusaha mencapai Jerman Barat
dengan mengadakan aksi pendudukan kantor-kantor perwakilan diplomatik Jerman
Barat di ibu kota-ibu kota negara-negara Eropa Timur, terutama di Praha, Cekoslowakia.
Pemerintahan Republik Demokratis Jerman (Jerman Timur) lalu mengumumkan akan
memberikan fasilitas dengan mengoperasikan kereta-kereta api ekstra yang
membawa mereka ke Jerman Barat dan menyatakan bahwa mereka mengusir "para
pengkhianat antisosial yang tak bertanggung jawab dan kaum kriminal"[1].
Sementara itu demonstrasi menentang rezim Jerman Timur berawal di tanah air
sendiri, terutama yang paling penting adalah demonstrasi-demonstrasi Senin
di Leipzig.
Pada
tanggal 6–7 Oktober 1989, Gorbachev melawat Jerman Timur untuk memperingati
hari ulang tahun Jerman Timur yang ke-40 dan mendorong para pemimpin Jerman
Timur untuk menerima perubahan. Berhadapan dengan huru-hara, pemimpin Jerman
Timur Erich Honecker telah dipaksa untuk
meletakkan jabatan pada 18 Oktober 1989 oleh
anggota Politburonyasendiri
dan digantikan oleh Egon Krenz. Hal ini diikuti dengan pengunduran
diri besar-besaran anggota kabinet Jerman Timur yang akhirnya jatuh pada
tanggal 7 November. Lalu Gunther Schwabowski sebagai juru bicara pemerintahan
Jerman Timur pada tanggal 9 November malam mengumumkan di televisi bahwa semua
restriksi perjalanan ke Jerman Barat dihilangkan. Semula warga Jerman Timur
kurang mengerti maksud pernyataannya. Setelah itu jutaan warga Jerman Timur
berbondong-bondong pergi ke pos-pos perbatasan yang kemudian dibuka oleh para
penjaga perbatasan. Setelah itu banyak warga Jerman baik Barat dan Timur
memberanikan diri merusak Tembok Berlin. Peristiwa ini menjadi salah satu
peristiwa berita mengesankan pada abad ke-20.
Pada
tanggal 18 Maret 1990 pemilihan umum bebas pertama dan satu-satunya dalam
sejarah Jerman Timur telah dilaksanakan. Pemerintahan yang dipilih diberi
mandat utama untuk berunding dengan Jerman Barat masalah persatuan dan
membubarkan dirinya sendiri. Seorang ahli ideologi ternama Jerman Timur dalam
1989, menyatakan "Polandia akan tetap menjadi Polandia meskipun komunisme
runtuh, tetapi tanpa komunisme negara Jerman Timur tidak mempunyai alasan untuk
tetap berdiri."[2]
Di
bawah Perdana Menteri Lothar de Maizière, Jerman Timur berunding dengan Jerman
Barat, Britania Raya, Perancis, Amerika Serikat dan Uni Soviet mengenai
syarat-syarat untuk Penyatuan kembali Jerman. Karena keberatan Uni Soviet bahwa
Jerman Timur ditarik menjadi anggota NATO, maka sebuah perjanjian dibuat bahwa
Jerman yang bersatu boleh tetap menjadi anggota NATO, namun tentara NATO tidak
boleh ditaruh di Jerman Timur. Selain itu Kanselir Helmut Kohl meyakinkan para
pemimpin Perancis dan Britania Raya bahwa mereka tidak perlu khawatir bahwa
sebuah Jerman yang bersatu akan mengancam mereka dengan berjanji bahwa sebuah
Negara Jerman bersatu akan lebih berusaha berintegrasi dengan Uni Eropa.
Paralel
dengan perundingan multilateral, rundingan bilateral antara pemerintahan Timur
dan Barat berlangsung dan menuju pada penanda tangan perjanjian pada tanggal 18
Mei 1990 untuk Uni Ekonomi, Sosial dan Moneter yang berlaku mulai tanggal 1
Juli 1990. Pada tanggal 23 Agustus, Volkskammer (Parlemen
Jerman Timur) mengesahkan tanggal 3 Oktober 1990 sebagai tanggal bergabungnya
Jerman Timur dengan Jerman Barat.
Einigungsvertrag ("Perjanjian
Persatuan") telah ditanda tangani pada tanggal 31 Agustus 1990 oleh
wakil-wakil Jerman Barat dan Jerman Timur. Pada tanggal 12 September 1990
Perjanjian Penyelesaian Akhir yang Berkenaan dengan Negara Jerman
("Perjanjian Dua tambah Empat") telah ditandatangani dan secara resmi
mendirikan ulang kedaulatan kedua-dua negara Jerman.
Negara
Jerman secara resmi dipersatukan kembali pada tanggal 3 Oktober 1990 ketika
enam negara bagian Jerman Timur (Bundesländer); Brandenburg, Mecklenburg-Vorpommern, Sachsen, Sachsen-Anhalt, Thüringen,
dan Berlin
bersatu secara resmi bergabung dengan Republik Federal Jerman
(Jerman Barat), memilih salah satu dari dua opsi yang diterapkan dalam
Konstitusi Jerman Barat (Grundgesetz). Maka dengan masuknya secara resmi
lima negara bagian Jerman yang kembali didirikan ke Jerman Barat sesuai Pasal
23, lalu wilayah di mana Grundgesetz (Undang-Undang Dasar)
berlaku diperluas untuk memuat mereka. Alternatifnya ialah bahwa Jerman Timur
bergabung secara keseluruhan dalam rangka persatuan resmi antara dua negara
Jerman, yang lalu antara lain harus membuat Konstitusi baru bagi negara yang
baru saja didirikan. Meski opsi yang dipilih lebih sederhana, hal ini telah
menjadi alasan adanya sentimen-sentimen tertentu di Timur bahwa mereka telah
"diduduki" atau "dianeksasi" oleh Republik Federal Jerman
yang lama (Jerman Barat).
Untuk
memudahkan proses ini dan untuk meyakinkan negara-negara lain, Jerman Barat
membuat beberapa perubahan kepada "Undang-undang Dasar". Pasal 146
diubah sehingga Pasal 23 dari konstitusi yang berlaku bisa dipakai untuk
Penyatuan kembali. Lalu, jika lima "negara bagian yang telah didirikan ulang"
di Jerman Timur sudah bergabung, maka Undang-Undang Dasar bisa diubah lagi
untuk menyatakan bahwa tidak ada daerah Jerman lainnya yang ada di luar
wilayah negara kesatuan yang belum bergabung. Namun konstitusi ini bisa
diubah lagi pada masa depan dan hal ini masih memungkinkan diambilnya sebuah
konstitusi lain pada masa depan oleh bangsa Jerman.
Pada
tanggal 14 November 1990 pemerintah Jerman menanda tangani sebuah perjanjian
dengan Polandia yang menyangkut perbatasan mereka yang dikenal sebagai Perbatasan Oder-Neisse, dan demikian,
melepaskan tuntutan mereka untuk Silesia, Pomerania, Danzig (Gdańsk),
dan Prusia Timur. Bulan berikut, pemilihan umum bebas
pertama bagi seluruh rakyat Jerman semenjak tahun 1932, diadakan. Hasil pemilu
ialah mayoritas yang bertambah besar bagi pemerintahan koalisi Helmut Kohl.
Biaya
persatuan ulang telah menimbul suatu beban yang berat kepada ekonomi Jerman dan
telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jerman menjadi tersendat-sendat dalam
tahun-tahun terakhir ini. Biaya persatuan ulang diperkirakan berjumlah lebih
dari € 15 trilyun (pernyataan Freie Universität Berlin) . Jumlah
ini lebih besar daripada hutang negara Jerman.
Sebab
utama untuk biaya yang sangat besar ini adalah lemahnya ekonomi Jerman Timur,
khususnya jika diperbandingkan dengan Jerman Barat; lalu nilai tukar di antara
mata uang Jerman Timur dan Jerman Barat yang secara artifisial ditinggikan demi
alasan politik, dengan hasil Jerman Barat harus melunasi rekening ini.
Walaupun
dilakukan investasi besar-besaran oleh Jerman Barat, banyak perusahaan Jerman
Timur hancur ketika harus bersaing dengan Jerman Barat. Malah sampai sekarang,
pemerintah Jerman memberikan lebih dari € 10 miliar demi perkembangan
negara-negara bagian yang terletak di mantan Jerman Timur.
Selama
tahun 1980-an, ekonomi kapitalis Jerman Barat menjadi makmur, sedangkan ekonomi
komunis Jerman Timur merosot; sesudah itu, suplai barang-barang dan jasa ke
Jerman Timur menegangkan sumber penghasilan Barat. Industri yang dulu tidak
perlu bersaing karena didukung oleh pemerintah Jerman Timur harus
diswastanisasikan, seringkali hal ini menghasilkan kebangkrutan mereka.
Sebagai
akibat daripada persatuan ulang, kebanyakan mantan daerah Jerman Timur telah
kehilangan industrinya, menyebabkan suatu pengangguran yang bisa sebesar
kira-kira 25 % di beberapa bagian daerah. Semenjak itu, ratusan ribu warga
mantan Jerman Timur secara berkesinambung berhijrah ke wilayah barat untuk
mencari pekerjaan. Hal ini menyebabkan wilayah timur kehilangan tenaga-tenaga
kerja profesional.
Menurut
Bank Sentral Jerman (Bundesbank) sebab dari banyak masalah di ekonomi
Jerman sejatinya berakar pada persatuan ulang ini dan bukannya introduksi mata
uang Euro pada
tahun 2002 seperti dinyatakan oleh banyak ekonomi.
Komentar
Posting Komentar